Larry Greenfield tidak bisa mengerti mengapa begitu susah menemukan perempuan yang cocok dijadikan istri. Hidup sudah melejit, sukses, uang berlimpah, dihormati dan rupa juga tidak menjengkelkan. Tapi semua itu seperti tak cukup melempangkan jalan menemukan istri.
Apa yang salah? Barangkali anda bisa menjawabnya. Tapi soal upaya, lajang 47 tahun ini sudah sekuat tenaga. Selama dua belas tahun belakangan, dia sudah menghabiskan lebih dari US$65 ribu atau Rp 630 juta pada enam layanan perjodohan.
Menurut New York Post, selama 12 tahun lelaki ini sudah menjalani 250 kencan buta lewat biro jodoh. Tak satupun yang nyangkut. Dia menyalahkan para mak comblang alias biro jodoh. "Anda membayar di depan tapi tak ada layanan. Mereka memberi tahu betapa hebatnya anda, apapun yang ingin anda dengar," kata Greenfield.
Gagal mencari jodoh lewat biro jodoh, yang paling ternama sekalipun pernah diikutinya, kini pensiunan pialang di Wall Street ini solo karier. Artinya mencari jodoh sendiri. Dan itulah pekerjaan barunya kini."Pekerjaan saya sekarang adalah bertemu dengan seorang gadis."
Dengan daftar panjang syarat untuk pasangan, Greenfield pikir perjodohan dengan biaya mahal adalah taruhan yang terbaik. Namun ternyata uang tak dapat membantu.
Penjelasan para mak comblang
Lelaki nelangsa ini ramai diberitakan media massa. Dan itu sebabnya ramai-ramai pula wartawan mewawancarai para mak comblang itu. Dan tampaknya persoalan bukan hanya di para biro jodoh itu, tapi juga pada Greenfield sendiri. Kriterianya terlampau melayang.
"Masalahnya, dia berada di angka enam tapi ingin pasangan yang angkanya 10," kata Maureen Tara Nelson, salah mantan comblang Greenfield kepada Yahoo!Shine. Nelson mengatakan, Greenfield memilih pasangan kencannya berdasar foto dan profil tapi kerap dengan rasa tidak puas. "Dia akan mengatakan tidak ada chemistry, tapi dia yang memilih."
Greenfield memiliki persyaratan yang rumit mengenai calon pasangan hidupnya. Selain ramping, ia menginginkan seorang wanita dengan kombinasi yang sulit dicari: Yahudi tapi senang humor. Greenfield juga mengharap pasangannya seorang wanita "non-alpha" yang tak berkomitmen dalam karier.
Menurut Nelson, tipe wanita seperti itu sangat langka di temukan di New York saat ini. "Dia pikir karena kaya dia bisa mendapatkan wanita cantik, tapi dia tidak menyadari bahwa wanita cantik di New York juga sudah sukses."
Amy Laurent, mak comblang yang lain mengatakan perjodohan tak cocok bagi Greenfield. "Sekarang bukan masanya lagi dimana orang dewasa mencari wanita muda untuk membeli cinta dengan mak comblang."
Maxine Gordon, seorang komedian 44 tahun yang kencan dengan Greenfield menggemakan sentimen itu. "Saya pikir dia mencari sesuatu yang tidak ada: cantik, berbakat, wanita Yahudi seperti Natalie Portman yang tinggal di rumah dan membersihkan kamar," katanya setelah kencan pertama dan terakhirnya dengan Greenfield.
"Dia sedang mencari cinta pada pandangan pertama, dan setiap orang memiliki ketidaksempurnaan. Berbicara adalah cara untuk saling mengenal."
Laurent menambahkan, memang kerap banyak biro jodoh yang tergiur dengan uang banyak sehingga memberi janji-janji. Tapi biasanya mereka yang beralih ke biro jodoh rentan terhadap penolakan "Saya pikir akan semakin sulit berkencan dengan wanita yang dia inginkan. Tapi tak ada hal buruk, saya percaya semua terjadi karena ada alasan."
Belum ada tanggapan untuk "Kisah Pria Cari Istri: 12 Tahun, 250 Kencan Buta"
Posting Komentar